
Horas!!
Setelah 32 tahun vakum, akhirnya Indonesia kembali membawa pulang medali emas dalam pertandingan SEA Games 2023. Garuda Nusantara berhasil menang atas Thailand dengan skor 5-2.
Kemenangan ini adalah berkat usaha dan kerja keras dari tim U-22 dan juga PSSI. Kemenangan ini juga merupakan awal kebangkitan dari sepakbola Indonesia.
Berbicara tentang PSSI, PSSI telah berdiri di Indonesia sejak tahun 1930 dan telah memiliki 20 ketua umum yang berganti dari masa ke masa.
Nah, Dongan Batak tahu gak, kalau ternyata ada 1 orang Batak yang pernah menjabat sebagai Ketum PSSI tahun 2016, lho.
Dr. Hinca Pandjaitan XIII
Dr. Hinca Ikara Putra Pandjaitan XIII, S.H., M.H., ACCS merupakan seorang politikus Indonesia yang lahir di Aek Songsongan, Asahan, Sumatera Utara pada 25 September 1964.
Hinca merupakan seorang advokat dan juga politikus dari Partai Demokrat. Ia memulai karirnya di dunia hukum sejak ia mengambil jurusan Hukum Tata Negara dan lulus sebagai Sarjana Hukum dari Universitas HKBP Nommensen tahun 1987.

Potret DR. Hinca Pandjaitan Mengenakan Seragam Demokrat
Source : Kbr.id
Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya hingga mendapatkan gelar Magister Hukum (MH) di bidang Hukum Tata Negara di universitas Padjajaran tahun 1992.
Tak hanya sampai disitu saja, ia kembali mendapatkan keahlian dalam Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dari UGM dan juga keahlian ilmu perundang-undangan (legal drafting) dari UI.
Di tahun 2005, ia mendapatkan sertifikat keahlian cyber crime atau ACCS dari STIMIK Perbanas Jakarta.
Memiliki Ketertarikan di Dunia Sepakbola
Bukan hanya di dunia hukum, Hinca juga tertarik terhadap dunia sepak bola. Ia memulai karirnya sebagai anggota Komite Fair Play PSSI pada tahun 2005.
2 tahun setelahnya, Hinca kemudian dipercayakan untuk menjadi Ketua Komdis PSSI. Hal ini membuat namanya semakin dikenal masyarakat luas.
Hinca terus memberikan kontribusi pada PSSI sepanjang karirnya. Salah satunya kontribusinya ialah turut menyusun Statuta PSSI tahun 2009.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2015, Hinca terpilih menjadi Wakil Ketua Umum (Waketum) PSSI. Kemudian, pada Kongres Luar Biasa awal tahun 2016, Hinca ditunjuk untun menjadi Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI hingga akhir tahun 2016.

Kecintaannya pada dunia sepakbola juga terlihat dari sisi akademis. Hal ini terlihat dari disertasi yang ia serahkan untuk memperoleh gelar Doktor. Disertasi ini masih berkaita dengan dunia sepakbola lho, Dongan Batak.
“Intervensi Negara Terhadap Pengelolaan, Penyelenggaraan, dan Penyelesaian Sengketa Sepakbola Profesional di Era Globalisasi dalam Rangka Memajukan Kesejahteraan Umum di Indonesia : Suatu Kajian Hukum Tata Negara Mengenai Kedaulatan Negara versus Kedaulatan FIFA.“
Ini merupakan judul disertasi yang dituliskan oleh Hinca Pandjaitan. Berkat disertasinya ini, ia mendapatkan gelar akademik Doktor Ilmu Hukum (DR) khususnya di bidang Lex Sportiva.
Disertasi ini kemudian dibentuk menjadi sebuah buku yang diberi judul Kedaulatan Negara vs Kedaulatan FIFA. Hingga saat ini, buku ini banyak dipakai orang sebagai rujukan dalam menulis tentang hukum olahraga.
Bukan hanya berkarya di dalam negeri, Hinca juga aktif berkarya di kancah Internasional.

Pada tahun 2007, Hinca bergabung menjadi anggota Sport Law Library dan Bibliography Committee dari International Association of Sport Law yang bermarkas di Athena.
Kemudian, pada tahun 2014 dan 2015, Hinca mendapatkan sertifikat internasional dari FIFA, AFC dan Interpol untuk memerangi Match Fixing. Acara ini diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia.
Tetap Berkarir di Dunia Hukum dan Politik
Ketertarikannya akan dunia sepakbola, tidak serta merta membuat Hinca meninggalkan dunia Hukum dan Politik Secara konsisten, ia telah mendalami bidang keahlian Hukum dan Tata Negara mulai dari S1 hingga S3.
Hinca juga sempat menjadi dosen Fakultas Hukum di beberapa universitas, seperti Universitas HKBP Nommensen, Unika Atmajaya dan juga Unika St. Thomas Medan.
Bukan hanya itu saja, Hinca juga pernah menjabat menjadi Legal Consultant di PT Datakom Asia dan juga Direktur Indonesia Media Law dan Policy (IMPLC).
Kecintaannya terhadap dunia Hukum tidak hanya berhenti di dalam negeri. Di kancah Internasional, Hinca juga pernah menjadi Visiting Fellow di Griffth University, Queensland, Australia.

Bahkan, Hinca pernah menjabat sebagai Media Law Ombudsperson di sebuah lembaga NGO di Amerika Serikat.
Ia juga mendirikan beberala perusahaan hukum, seperti LQQ Media Law Offices, Indonesia Lex Sportiva Instituts, dan PH&H Lobby Firm.
Kini, Hinca tengah fokus pada karirnya di dunia politik sebagai anggota DPR RI Fraksi Partai Demokrat di Komisi III.
Tetap Aktif Menulis
Hinca juga diketahui aktif menulis baik di media massa ataupun menulis buku. Sepanjang perjalanan karirnya, Hinca diketahui pernah menulis artikel di media massa nasional, jurnal nasional, dan juga jurnal internasional.
Bahkan, Hinca telah menuliskan dan menerbitkan 19 buku. Buku – buku tersebut, yaitu :
a. Alternative Dispute Resolution, 1998; b. Memasung Televisi, 1999; c. Kertas Posisi untuk RUU Penyiaran di Indonesia, 2000; d. Radio Pagar Hidup Otonomi Daerah, 2000; e. Menuju Kemerdekaan Pers, 2000; f. Hukum Telekomunikasi, 2000; g. Melepas Pasung Kebijakan Perfilman di Indonesia, 2001; h. Kertas Posisi untuk Reformasi UU Perfilman; i. Membangun Sistem Penyiaran yang Demokratis di Indonesia 2003; j. 1001 Alasan UU Pers Lex Specialis 2004; k. Ombudsman Pers, 2005; l. Membangun Cyberlaw yang Demokratis 2005; m. Hukum Penyiaran 2006; n. Dilarang Semau Gue di lapangan Bola, Seri Sports Law 1, 2006; o. Liku-Liku Laga di Liga, Seri Sports Law 2, 2006; p. Jangan Tendang Dengkul Lawan, Seri Sports Law 3, 2006; q. UU Pers Memang Lex Specialis 2007; r. Kedaulatan Negara vs Kedaulatan FIFA, 2011. s. Katanya Darurat? Indonesia Darurat Narkoba: Sebuah Anomali 2019
Commentaires